10 Do & Don’t Saat Mengajar Anak di Rumah

Do

Beberapa hal yang dapat dilakukan (do) saat mengajar anak di rumah meliputi:

1. Buat rencana belajar yang jelas dan teratur

Buat rencana belajar yang jelas dan teratur sehingga anak tahu apa yang harus dilakukan dan kapan harus melakukannya.

Buat tujuan belajar yang jelas dan spesifik untuk setiap mata pelajaran, sehingga anak dapat mengetahui apa yang harus dicapai dari setiap pelajaran.

Sesuaikan dengan tingkat kemampuan anak. Jangan terlalu sulit atau terlalu mudah agar anak dapat belajar dengan optimal.

2. Bantu anak untuk mengelola waktu

Buat jadwal belajar yang teratur dan jelas sehingga anak dapat mengetahui kapan harus belajar dan kapan harus istirahat. Ajar anak untuk mengelola waktu dengan baik dan membantunya untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam batas waktu yang ditentukan.

Bantu anak menentukan prioritas dalam menyelesaikan tugas dan aktivitas sehingga ia dapat mengelola waktu dengan lebih baik. Ajarkan taktik pengelolaan waktu seperti pembagian waktu untuk tugas, istirahat, dan aktivitas sosial.

Bantu anak untuk mengatasi gangguan seperti perangkat elektronik, permainan, atau aktivitas lain yang dapat menghalangi konsentrasi belajar.

3. Buat lingkungan belajar yang nyaman

Sediakan lingkungan belajar yang nyaman. Buat suasana yang tenang dan damai di tempat belajar, agar anak dapat belajar dengan fokus tanpa terganggu oleh suara atau kegiatan lain yang tidak perlu. Sediakan cahaya yang cukup di tempat belajar, agar anak dapat belajar dengan baik tanpa merasa lelah. Pastikan suhu ruangan cukup sejuk dan nyaman untuk belajar, agar anak dapat fokus dalam belajar.

Buat tempat belajar yang jelas dan terpisah dari tempat tidur atau area bermain. Tempat belajar harus cukup luas dan nyaman untuk menyimpan buku, alat tulis, dan peralatan belajar lainnya.

Buat area belajar yang estetis, agar anak senang belajar di area tersebut, seperti dengan memasang poster atau gambar yang menarik, menambahkan warna-warna yang menyenangkan.

Sediakan perlengkapan belajar yang dibutuhkan seperti buku, alat tulis, komputer atau laptop, dan peralatan lain yang diperlukan.

4. Buat metode belajar yang menyenangkan

Sertakan aktivitas yang menyenangkan dan variatif seperti permainan, proyek, atau eksplorasi di dalam rencana belajar untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Ayah Bunda juga bisa mengajar , dengan menonton video pendidikan yang menyenangkan dan mendiskusikannya setelahnya. Selain itu, aktivitas membaca buku bersama-sama dan mendiskusikan isinya juga bisa menjadi variasi.

Untuk pelajaran sains, Ayah Bunda bisa mengajak eksplorasi di luar ruangan atau membuat proyek sains sederhana seperti membuat roket air atau mekanisme sederhana. Untuk belajar matematika atau bahasa, Ayah Bunda bisa membuat permainan edukatif sendiri. Ayah Bunda juga bisa mengajak belajar tentang budaya dan sejarah dengan mengunjungi museum virtual atau menonton film yang relevan.

5. Bantu anak untuk mengelola emosi

Ajar anak untuk mengenali dan mengelola emosi dengan cara yang positif dan efektif. Ajarkan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, yoga, atau meditasi untuk membantu anak meredakan emosi yang tidak stabil.

Baca Juga:  Mengapa Public Speaking Bukan Hanya Tentang Bicara, Tapi Juga Mendengarkan

Menyediakan anak dengan aktivitas kreatif, seperti menggambar, mewarnai, atau menulis juga dapat membantu mereka mengekspresikan emosi mereka.

Ayah bunda juga bisa memfasilitasi aktivitas fisik dan olahraga selama jeda belajar, untuk membantu anak mengelola stres dan emosi.

6. Dukung anak dalam belajar

Berikan dukungan moral dan emosional kepada anak, sehingga mereka merasa dihargai dan diakui.

Berikan kesempatan kepada anak untuk berbicara tentang perasaannya dan mendengarkan dengan empati.

Buat suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Berikan kesempatan kepada anak untuk membuat pilihan dalam belajar, seperti pemilihan materi atau metode belajar.

Berikan pujian atas usaha yang dilakukan anak, bukan hanya hasil akhir.

7. Memberikan Umpan Balik

Berikan umpan balik yang positif dan konstruktif setelah anak menyelesaikan tugas atau belajar. Fokus pada apa yang dilakukan dengan baik. Berikan pujian yang spesifik untuk kinerja anak dan apa yang telah dicapai.

Jelaskan dengan jelas apa yang harus diperbaiki secara konstruktif, seperti cara untuk meningkatkan kualitas atau metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas. Bersikap positif dan menyemangati anak untuk terus belajar dan mencoba.

Jangan lupa untuk mencatat dan mengingat kemajuan yang telah dicapai oleh anak, ini akan membuat anak merasa dihargai dan dapat meningkatkan motivasinya dalam belajar.

8. Mengajak Anak Berpikir Kritis

Ajarkan anak untuk berpikir kritis dan mencari informasi untuk menyelesaikan masalah. Bimbing anak untuk mengajukan pertanyaan yang relevan saat mencari informasi atau menyelesaikan masalah.

Latih anak untuk berpikir secara logis dan rasional. Latih mereka untuk menganalisis informasi yang diterima dan menentukan apakah itu valid atau tidak.

Arahkan anak untuk mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku, internet, atau orang lain yang berpengalaman. Bimbing anak untuk mengevaluasi sumber-sumber informasi yang digunakan dan memastikan bahwa sumber tersebut dapat dipercaya.

9. Mengajak Anak Membuat Target

Ajarkan anak untuk membuat tujuan yang spesifik dan dapat diukur untuk mengevaluasi kemajuan belajar. Ayah bunda bisa menanyakan pertanyaan seperti “Apa yang ingin kamu capai dari belajar ini?” atau “Apa yang ingin kamu ketahui setelah belajar ini?”.

Tunjukkan kepada anak bagaimana cara mengukur progres belajar dengan menggunakan kriteria yang jelas, seperti skor ujian atau tingkat kemampuan dalam memahami materi.

Bantu anak untuk menetapkan target yang realistis dan dapat dicapai dengan usaha yang sesuai.

10. Mengevaluasi Hasil Belajar

Bantu anak untuk mengevaluasi hasil belajar dan mengejar kesempatan untuk meningkatkan diri.

Lakukan observasi selama proses belajar, seperti mencatat perubahan dalam kemampuan anak dalam memahami atau mengaplikasikan materi yang diajarkan.

Berikan tes atau ujian yang dapat mengukur tingkat pemahaman anak terhadap materi yang diajarkan.

Lakukan evaluasi secara berkala sepanjang proses belajar, sehingga dapat mengidentifikasi masalah atau kelemahan yang perlu ditingkatkan.

Don’t

Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan (don’t) saat mengajar anak di rumah meliputi:

Baca Juga:  Tes MBTI

1. Jangan terlalu keras atau keras kepala

Jangan terlalu memaksakan anak untuk belajar jika mereka tidak siap atau tidak ingin belajar. Pemaksaan dapat menyebabkan anak merasa tertekan dan merasa tidak dihargai. Hal ini dapat menyebabkan anak merasa tidak percaya diri. Pemaksaan juga dapat menyebabkan anak menjadi malas dan tidak tertarik dalam belajar. Ini dapat menyebabkan masalah dalam jangka panjang dalam perkembangan intelektual anak.

Anak yang dalam kondisi emosional yang buruk atau yang sedang mengalami masalah pribadi, seperti masalah keluarga atau kesehatan, mungkin tidak dapat fokus dan tidak siap untuk belajar. Memaksakan anak dalam kondisi seperti ini dapat menyebabkan stres dan meningkatkan masalah yang ada.

2. Jangan mengejar hasil yang terlalu tinggi

Jangan terlalu keras untuk membuat anak mencapai standar yang terlalu tinggi. Jangan menuntut terlalu banyak dari anak dan jangan mengejar kesempurnaan. Memberikan tekanan yang terlalu tinggi dan standar yang terlalu tinggi dapat menyebabkan masalah dalam perkembangan anak baik secara fisik, emosional, maupun intelektual.

Memberikan tekanan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan anak merasa stres dan tertekan, yang dapat menyebabkan masalah emosional dan mental. Selain itu, anak mungkin merasa tidak diterima atau tidak cukup baik jika tidak dapat mencapai standar yang ditentukan, hal ini dapat menyebabkan rendahnya rasa percaya diri dan harga diri.

Standar yang terlalu tinggi dapat menyebabkan anak merasa tidak mampu dan tidak dapat mencapai tujuannya, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental dan emosional. Standar yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan anak merasa tidak nyaman dan tidak dapat mengejar potensi maksimal.

Standar yang terlalu tinggi dapat menyebabkan anak merasa tidak ada waktu untuk bersenang-senang dan bersosialisasi, yang dapat menyebabkan masalah dalam perkembangan sosial dan emosional.

Sebaiknya kita harus menentukan standar yang realistis dan sesuai dengan kemampuan anak dan memberikan dukungan dan waktu yang cukup kepada anak untuk belajar dan mengejar tujuannya dengan cara yang positif dan bijak.

3. Jangan mengecilkan perasaan anak

Jangan mengejek atau menyalahkan anak jika mereka gagal. Mengecilkan perasaan anak dapat menyebabkan anak merasa tidak dihargai dan tidak diakui. Hal ini dapat menyebabkan anak merasa tidak dipercayai dan kurang percaya diri.

Mengecilkan perasaan anak dapat menyebabkan anak merasa tidak diterima dan tidak diakui, Anak yang merasa perasaannya diabaikan atau dihindari dapat mengalami masalah emosional dan mental, seperti depresi, kecemasan, atau masalah kesehatan mental lainnya.

Sebaiknya kita harus menghargai dan mendengarkan perasaan anak dan memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya dengan cara yang positif dan bijak.

4. Jangan mengeluh atau menyalahkan

Jangan mengeluh atau menyalahkan anak jika tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Mengeluh atau menyalahkan anak dapat menurunkan rasa percaya diri mereka dan menghambat pengembangan keterampilan.

Lebih baik untuk memberikan dukungan positif dan bantuan yang diperlukan untuk membantu anak menyelesaikan tugas dengan baik.

5. Jangan mengeluarkan amarah

Jangan mengeluarkan amarah atau marah saat anak tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Mengeluarkan amarah atau marah saat anak tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik dapat memiliki efek negatif pada perkembangan anak.

Baca Juga:  Cara Mengetahui Kepribadian Anak

Hal ini dapat menyebabkan anak merasa tertekan, tidak percaya diri, dan kurang bersemangat untuk belajar.

Selain itu, anak juga mungkin akan menjadi kurang kooperatif dan lebih cenderung untuk menutup diri dari orang lain.

Lebih baik untuk memberikan dukungan dan bimbingan yang positif untuk membantu anak menyelesaikan tugas dengan baik.

6. Jangan memberikan umpan balik yang negatif atau kritis

Jangan mengejek atau menyalahkan anak jika mereka gagal.

Mengejek atau menyalahkan anak saat mereka gagal dapat merusak rasa percaya diri dan kepercayaan diri mereka.

Ini juga dapat menghambat perkembangan mereka dalam belajar dari kesalahan dan berusaha untuk mencapai tujuan mereka.

Lebih baik untuk memberikan dukungan positif dan membantu mereka untuk menemukan cara untuk belajar dari kesalahan mereka dan memperbaiki hasil mereka di masa depan.

7. Jangan mengabaikan perasaan anak

Jangan mengabaikan perasaan anak atau menganggap perasaan mereka tidak penting. Mengabaikan perasaan anak dapat memiliki efek negatif pada perkembangan emosional dan sosial mereka.

Anak-anak belajar cara mengungkapkan dan mengatasi perasaan mereka melalui interaksi dengan orang dewasa yang menunjukkan empati dan validasi.

Jika perasaan mereka tidak diakui atau diabaikan, anak-anak mungkin merasa tidak dihargai atau tidak diakui, yang dapat menyebabkan masalah emosional dan sosial di masa depan.

Selain itu, anak-anak yang diabaikan perasaannya lebih rentan untuk mengalami masalah mental seperti depresi dan ansietas.

8. Jangan melakukan perbandingan dengan anak lain

Jangan membandingkan anak dengan teman atau saudara mereka.

9. Jangan terlalu banyak mengontrol anak

Mengontrol anak terlalu banyak dapat menghambat perkembangan emosional dan sosial mereka.

Anak-anak perlu belajar untuk mengambil keputusan dan menangani konsekuensi dari tindakan mereka sendiri untuk tumbuh menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.

Selain itu, terlalu banyak kontrol juga dapat mengurangi rasa percaya diri dan kepercayaan diri anak-anak.

Oleh karena itu, adalah penting untuk memberikan anak-anak cukup ruang untuk belajar dan berkembang secara independen.

10. Jangan melakukan tugas untuk anak

Melakukan tugas anak-anak adalah hal yang tidak baik karena itu akan menghalangi perkembangan intelektual dan kemandirian mereka.

Anak-anak perlu belajar untuk menyelesaikan tugas mereka sendiri agar dapat mengembangkan kemampuan problem solving dan keterampilan belajar yang penting.

Selain itu, jika orang tua terlalu sering melakukan tugas anak-anak, anak-anak mungkin akan menjadi terlalu tergantung pada orang tua dan kurang bersemangat untuk belajar dan berkembang.

Insan Cerdas
Latest posts by Insan Cerdas (see all)
Scroll to Top