Nyanyian Ikan Paus yang Semakin Tak Terdengar

Pernahkah teman-teman berlayar ke Antartika? Adakah lingkungan yang lebih terpencil dari imajinasi kita daripada laut di sekitar kutub Antartika? Bongkahan es raksasa di atas dasar laut, matahari yang hampir tidak pernah terbit selama setengah tahun, dan keheningan suasana malam yang menggigil. Di daerah inilah salah satu hewan unik kita, ikan paus biru tinggal dan beraktivitas.

Ikan paus biru, salah satu hewan terbesar di bumi, berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan nyanyian, meskipun tujuan nyanyian ini masih menyimpan banyak misteri, entah untuk menarik pasangan, untuk mengusir saingan jodohnya, atau untuk tujuan lainnya. Nyanyian paus biru, meskipun kadang lebih mirip dengungan, terdengar sederhana dan simple sehingga menunjukkan bahwa mungkin nyanyian ini tidak pernah berubah dari generasi ke generasi. Namun nyanyian-nyanyian tanpa nada ini mulai terdengar berubah, sejak setidaknya tahun 1960an, dimana ilmuwan menemukan nada nyanyian tersebut mulai turun identik dengan tiga tompol tuts putih pada piano. Para ilmuwan berteori – beberapa mengkhawatirkan, beberapa menduga, bahwa nyanyian yang semakin tak terdengar ini ada kaitannya dengan ulah manusia.

Turunnya nada suara ikan paus biru ini tidaklah unik untuk spesies tertentu saja. Kelompok paus biru kerdil yang ditemukan di dekat Madagaskar, Sri Lanka, dan Australia, serta paus sirip yang ditemukan di lautan di seluruh dunia, juga telah “kehilangan” suaranya. Bahkan paus sirip mengeluarkan suara yang sangat rendah sehingga nyaris tak terdengar oleh manusia. Karena terlalu rendahnya, panjang gelombang suara mereka seringkali lebih panjang dari tubuh mereka sendiri. Dalam sebuah studi pada tahun lalu yang menganalisis lebih dari 1 juta rekaman individu panggilan dari ikan paus, penurunan nada nyanyian ditemukan di hamper seluruh spesies, termasuk bahkan pada populasi yang tidak berinteraksi satu dengan lainnya. Dengan kata lain, apapun yang telah memicu perubahan ini tampaknya tidaklah diakibatkan oleh factor geografis tertentu.

Peran Manusia?

Kebisingan di lautan yang disebabkan oleh lalu lintas maritim dan industri eksplorasi sumber daya alam diduga menjadi salah satu penyebab. Lagipula, kebisingan tersebut diketahui mengganggu aktivitas ikan paus mencari makan serta berinterferensi dengan interaksi vocal antar sesama paus.  

Kebisingan di lautan belum tentu menjadi penyebab hilangnya nyanyian ikan paus:

  1. Beberapa ikan paus dapat beradaptasi,
  2. Nyanyian tak terdengar juga terjadi di lautan yang sunyi.

Namun, beberapa ilmuwan lainnya tidak sependapat bahwa nyanyian paus yang semakin tak terdengar tersebut merupakan respon mereka terhadap polusi suara di bawah laut. Meskipun beberapa paus beradaptasi, dengan cara yang terbatas pada suara-suara kapal di lautan – dengan mem-pause nyanyian mereka sesaat untuk menghindari kompetisi suara dengan kapal-kapal kargo, misalnya – para ilmuwan telah mengidentifikasi bahwa nyanyian yang tak terdengar ini juga terjadi pada populasi ikan paus lainnya yang tinggal di lautan yang bukan merupakan jalur maritim utama dimana suara kebisingan mekanis dapat diabaikan.

Tidak Perlu Berteriak?

Penjelasan lain yang mungkin menjadi penyebab perubahan nyanyian paus adalah pencapaian upaya konservasi global. Pada awal abad ke-20, diperkirakan 239.000 paus biru Antartika menduduki Samudera Selatan. Pada awal 1970-an, era dimana terjadi perburuan paus komersial — awalnya oleh pemburu paus Norwegia dan Inggris, dan kemudian oleh armada Soviet ilegal — telah mengurangi populasi paus biru di wilayah itu menjadi hanya 360. Namun sejak perlindungan spesies paus biru dimulai pada 1966, jumlah mereka secera bertahap berangsur pulih. Para ilmuwan berspekulasi bahwa anatomi paus menentukan bahwa semakin keras nyanyian yang dihasilkan, semakin tinggi nada seruannya. Saat populasi bertambah, paus mungkin menurunkan nada volumenya karena mereka cenderung berkomunikasi pada jarak pendek. Dengan kata lain, paus biru Antartika mungkin bernyanyi dengan lebih rendah saat ini daripada dekade sebelumnya hanya karena mereka tidak perlu berteriak lagi.

Lagi-Lagi Pemanasan Global

Sebuah studi tahun lalu juga menunjukkan alasan yang lebih tidak menyenangkan sebagai penyebab drop in the pitch pada ikan paus: Mungkin paus tidak perlu bersuara keras karena gelombang suara bergerak lebih jauh di lautan yang menjadi asam karena penyerapan karbon dioksida. Karbon dioksida di atmosfer diduga dapat secara tidak langsung mempengaruhi suara paus. Pemantauan paus biru Antartika baru-baru ini menunjukkan bahwa selama musim panas di selatan, nada mereka menjadi naik.

Para peneliti telah berhipotesis bahwa pada bulan-bulan yang lebih hangat, paus harus menggunakan keahlian suara mereka untuk tetap dapat didengar di tengah-tengah suara es yang pecah — suara alami yang diperkuat oleh proses yang tidak alami, karena kenaikan suhu yang memperburuk pencairan es. Jadi, dampak dari pemanasan global dapat memodulasi suara binatang bahkan di tempat-tempat terpencil dimana hampir tidak ada manusia, dan di mana not-not suara paling gemuruh datang bukan dari kapal, tetapi dari bunyi pecahan bongkahan es.

Sebagai penutup, kita mungkin belum tahu pasti apa arti, maksud, serta penyebab dari perubahan nyanyian paus biru menjadi nyaris tak terdengar. Tetapi, entah melalui niat kita untuk melestarikan makhluk-makhluk ini, atau sebagai hasil dari perombakan kembali lingkungan mereka, perbuatan kita tersebut akan bergema dalam nyanyian-nyanyian mereka….

Entah melalui niat kita untuk melestarikan makhluk-makhluk ini, atau sebagai hasil dari perombakan kembali lingkungan mereka, perbuatan kita tersebut akan bergema dalam nyanyian-nyanyian mereka….”

Sumber

Disadur dan diterjemahkan dari: https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2019/10/whale-songs-are-getting-deeper/596635/

Artikel asli ditulis oleh REBECCA GIGGS, seorang penulis dari Perth, Australia. Rebecca bekerja sebagai penulis di Majalah Granta and The New York Times.

Insan Cerdas
Latest posts by Insan Cerdas (see all)
Scroll to Top